Page of

Sabtu, 06 April 2013

Seperti untuk Tanah Airku

Ya, mereka berkoar.
Menggembar-gemborkan slogan dengan nada membakar-bakar,
dengan mata menyala-nyala.

Ya, mereka berjanji.
Tapi tak pernah ingat janjinya
bahkan sedetik setelah mengucapkan.

Ya, mereka berikrar.
Tapi tak tahu untuk apa
Karena toh tak akan dilakukan.

Ya, merekalah yang naik Kereta labu
dengan kusir TIKUS yang disulap.
Seperti di dongeng 'Cinderella' yang dibacakan Ibu tiap malam.

Ya, merekalah yang berjas kaku
merekalah yang seharusnya melindungi,
tapi malah menyembur jigong di negeri sendiri,
yang merdeka,
bahkan jauh sebelum 1945.

Hidangan baru

Aku seperti mengunyahmu
mengunyah rasa yang lama
dihidangan besok pagi,
hambar.

Aku seperti serba tahu rasa gurih hidangan besok pagi
pasti sama,
pahit.

Aku tersedak dihidangan besok pagi
ternyata Sang Koki beri bumbu lain
rasanya berbeda,
manis.

Jangan tanya aku lagi hidangan kemarin.
Aku lupa mengecap dengan lidah yang mana.
Aku lupa rasanya.

Untuk-Nya.

Aku ini bocah,
yang bodohnya merindukan pelukan erat
disela ketiak hangatmu.

Aku pulang kerumah,
tapi bukan ke bangunan itu.
Tapi ke kamu, yang menghujamku dengan beribu-ribu serbuan kecup.

Aku ini menabung,
tapi bukan menabung uang.
Malah menabung mimpi
menabung kebahagiaanmu
melihat toga,
menggantung di kepala anak sulungmu.
Aku ingin mengulang waktu. Merekatlah ia disela rekah, tawa. Aku ingin ulang waktu. Hingga bagian yang tak kau ingat.