Aku linglung. Bagai kertas terbakar yang abunya entah kemana, tinggal
bergantung pada angin yang membawanya. Aku baik-baik saja walau luka itu
menganga lebar memperlihatkan nanah yang mulai menggumpal berlendir.
Aku jelas tak mengapa! Percayalah. Lihatkan, senyum itu masih ada tadi
pagi? Ya...itu artinya aku tak mengapa!
Aku entah merasa tak mengapa saat ada lagi wangimu dalam satu ruang
hampa. Jangankan itu! Mendengar suara magismu memanggilku lewat telfon
genggam saja sudah merasa bahwa aku terjauh dari luka. Dan sesungguhnya,
setelah kau berlalu--terlintas, aku sangatlemah memandang langit. Tak
usah petang! Fajar maupun senja saja tak ada tenaga. Yang terbayang
adalah gumpalan awan membentuk namanya dan engkau. Ada saja. Tiap aku
menunduk dan menatap langit lagi, ada lagi bayangan dirimu dan dia
tertawa. Begitu terus berlanjut belakangan ini. Aku tak tahu apa yang
asaku inginkan. Tapi ngilu ini terus ada tanpa mau berpindah
kemana-mana.
Barusan, senja malang. Aku melihat seekor sorot matamu kearahku. Dengan
datar, kau memalingkan mukamu dan berjalan makin jauh. Akupun ikut
memalingkan. Barang kali kau tak melihatku dengan senyum dan lambaian.
Aku acuh. Tapi beberapa menit setelahnya, jiwaku memaksa menengok
kebelakang. Siapa tahu masih ada kau disana. Menyorot kearahku sambil
memamerkan senjata terampuhmu, senyum.
Dan benar saja. Senyummu mengembang kearah seorang wanita jelita yang
lebih sempurna dariku. Semua orang tahu itu. Dia jelita yang dicari
pujangga cinta untuk inspirasi coret-coretannya. Jangan bandingkan aku
dengannya! Aku jelas bukan apa-apa dibanding dia. Senyumnya....Ah!
Senyumnya yang melemahkan tiap pandangan itu tertuju padamu.
Aku tak berkutik.
Dengan anggunnya dia sipitkan mata kecilnya dan mengulas garis bibir
sangat menawan. Aku lihat dari jarak 20meter dari tempatku berdiri. Tapi
aku rasakan debar yang jelas sama pasti dengan debarmu---debarnya.
Aku mengerti apa arti ketulusan. Aku memilikinya, dan kini aku tunjukan
kepada seorang yang memberikan ketulusannya kepada hawa lain. Aku jelas
tak mengapa. Aku lihatkan tadi pagi tak ada gurat sedikit didahiku? Itu
artinya aku baik-baik saja. Aku tahu ketulusan apa yang selama ini kau
selipkan padanya. Pada tiap ekor mata yang bergerak ulet mencari
dirinya. Aku juga melihatnya. Aku mengerti gerak bola matamu. Aku tahu
semuanya----bahkan sebelum kau memberitahunya. Maaf jika aku merasa luka
itu menari-nari lagi. Tapi....Ya, silahkan lanjutkan. Aku bukan
apa-apamu disini. Aku bukan sosok yang membuatmu mengekorkan pandangan
dengan lantang saat kau bersama kekasihmu. Aku bukan sosok yang buat kau
tersenyum dan berdebar dalam satu waktu setelah kau mengacuhkan
kekasihmu. Itu bukan aku. Jadi silahkan lanjutkan menyusuuri masalalu
indahmu, sebelum adanya aku disini.
Berjalan lagia kearahku saat kau telah menyadari bahwa kau membutuhkanku.
Aku menunggu, sungguh!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar