aku sungguh menjadi orang bodoh malam ini. menjadi sosok yang makin rapuh dan memperlihatkan sendiri kekeroposan perasaanku. maafkan aku sebelum dan setelahnya untuk malam yang kelam ini. bahkan kata berpisah saja masih terdengar indah ketimbang batin yang mencoba dengan sekuat diri belajar mencintai hal dari orang yang tercinta--meski sesungguhnya engkau tak akan mencintai hal tersebut--, untuk... ~selamanya~.
teman, jujur aku bisa saja dengan mudah mencintaimu tanpa harus memikirkan hal lain yang menggangu. tapi, sungguh untuk cerita ini, apa lagi cara untuk mengakalinya agar tak menghambat lajunya perkembangan hubungan yang kian matang ini. makin lama aku belajar betapa hidup yang kau punya tak pernah dilihat dengan satu sisi yang sama. satu arah yang -tak- berlawanan. dan kau tak pernah sedikitpun menyesali sesuatu yang kau lakukan di hembusan nafasmu barusan. semua terjadi matrix. seperti hujan yang tiba2 saja menyebarkan bau tanah. seperti kilat yang entah kapan dan tiba2 saja gemuruh. seperti jantung yang tiba2 saja, entah kapan berhenti dengan semaunya. Aku di awal sungguh jauh dari apa yang kau ajarkan. aku selalu menyesali perkataan yang baru sedetik saja keluar dari bibir yang kasar ini. aku selalu melihat sesuatu apa saja dari satu sisi dan tak pernah berkemauan untuk menikmatinya dari sisi yang berbeda dengan harap tak jenuh menikmatinya.
sungguh, diawal aku masuk hidupmu, aku merasa... aku bukanlah disini. ini bukan tempatku dan aku benar2 ingin keluar dari jeratan ini kalau saja saat itu aku tidak sedang jatuh sangat mencintaimu sampai sekarang. tapi indahnya cinta, beliau dapat mengubah bencimu jadi cintamu.
Yaaaaah, meski aku masih belajar mencintaimu beserta -kamu,kamu,kamu- yang lain. tapi setidaknya kamu mengajarkan bagaimana hidup seharusnya aku pandang. aku beruntung mempunyaimu. memiliki hati yang entah tak terlihat rapuh sedikitpun bahkan saat aku rapuh sama sekali seperti ini.
a-ku-ber-un-tung-me-mi-li-ki-mu-se-u-tuh-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar